Cari Blog Ini

Header Ads

Minggu, 29 Oktober 2017

Selektif dengan iklan

Add caption
"NYENENGIN 
BISA NGE-DATE DI MOBIL
SAMBIL NGE-POCKY
GAK NGOTORIN MOBIL!"
Begitu bunyi tulisan yang melekat pada karton bungkus makanan ringan dengan merek Pocky yang tidak sengaja saya temukan dilantai teras belakang. Awalnya saya tidak peduli dengan gambar sepasang muda mudi yang berada di dalam mobil sambil memegang makanan ringan tersebut, tapi begitu membaca tulisannya yang semuanya ditulis dengan menggunakan huruf kapital serasa berdesir darah saya, ingin marah dan merobek bungkus itu lalu melemparnya ke tempat sampah. Tapi akhirnya saya urungkan, saya ingin tahu apakah hanya saya saja yang terlalu lebay menanggapi iklan itu?  Buat saya iklan tersebut sangat mengganggu bukan hanya saja dari tatanan bahasanya saja yang memang kurang pas tapi juga bahasa persuasifnya yang mengarah kepada ajakan yang negatif. Sebagai ibu dan juga sekaligus guru saya merasa terpukul dengan iklan tersebut, bagaimana tidak, saya menanamkan kepada anak-anak saya di rumah ataupun juga di sekolah tentang nilai-nilai moral sesuai dengan tuntunan agama, tentang  cara  dan batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam pergaulan. Dengan adanya iklan yang mengatakan bahwa menyenangkan berkencan ( saya memilih bahasa indonesia untuk istilah date) di dalam mobil sambil menikmati makanan ringan dengan merek Pocky saya merasa tertampar sekali. Apa yang saya lakukan sepertinya berbanding terbalik dengan bahasa iklan tersebut, dan sepertinya saya mengakui apa yang sudah saya berikan akan kalah jauh menariknya dengan dengan ajakan iklan tersebut, pergaulan anak-anak muda zaman sekarang cenderung mengarah pada pergaulan bebas.   melalui gambar ataupun poto yang terpajang dimedia sosial seperti  face book, instagram ataupun media lainya yang memperlihatkan pose-pose yang seharusnya tidak dilakukan oleh sepasang remaja. Bukankah tidak menutup kemungkinan itu bagian dari pengaruh bahasa iklan. yang mungkin salah satunya adalah iklan ajakan meninkmati pocky sambil berkencan di dalam mobil. Sebagai guru yang  kadang  menjadi tertuduh atas gagalnya pendidikan merasa prihatin sekaligus sakit hati, sementara tugas mendidik bukanlah semata tanggung jawab guru. Peran orang tua dan juga pemerintah juga berpengaruh besar dalam hal ini. Seandainya saja Badan Pom tidak hanya bertanggung jawab pada sertifikat halal saja tapi juga bertanggung jawab atas kemasan produk dan bahasa iklannya mungkin produsen makanan tidak seenak perutnya sendiri membuat iklan agar produknya laris manis dan menghasilakan keuntungan besar tapi berdampak sangat negatif pada perkembangan moral anak remaja yang masih labil.  Sahabat blogger mungkinkan saya yang terlalu lebay, terlalu dibesar besarkan menanggapi iklan tersebut? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar